Saturday, November 27, 2010

PENGKLASIFIKASIAN GANGGUAN JIWA DI MASA KHILAFAH ISLAM

Tulisan ini seutuhnya diambil dari artikel berjudul “Najab Ud-Din Unmuhammad : Perintis Kajian Nosologi” (penulis : Yusuf Assidiq) yang dimuat pada rubrik Khazanah, surat kabar Republika edisi Selasa, 12 Oktober 2010. Pada beberapa bagian, Tulas-Tulis memberikan sedikit catatan tambahan, yakni pada bagian-bagian yang ditulis dengan cetak miring dan diarsir putih. Di akhir tulisan, juga akan dicantumkan sumber-sumber rujukan yang digunakan untuk catatan tambahan tersebut. Semoga modifikasi tersebut akan membuat artikel ini semakin bermanfaat. Selamat menyimak.

Julukan sebagai perintis tersemat pada diri Najab Ud-Din Unmuhammad (870-825). Di dunia Islam, dokter dan psikolog ini mengenalkan nosologi. Ini merupakan cabang ilmu pengobatan yang berhubungan dengan klasifikasi penyakit. Selain penyakit secara umum, ilmuwan asal Persia ini juga berhasil mengklasifikasikan penyakit kejiwaan.
Nosologi berasal dari Bahasa Yunani yakni nosos yang berarti penyakit. Ia merupakan cabang dari ilmu kedokteran. Penyakit dapat dikelompokan dari penyebabnya, patogenesis (mekanisme bagaimana bibit menyebabkan suatu penyakit) atau dari gejala/tanda. Dengan kata lain, penyakit dapat pula dikelompokan melalui sistem organnya, namun kebanyakan penyakit termasuk penyakit komplikasi yang melibatkan banyak organ. Salah satu masalah utama dalam nosologi adalah ketika penyakit tidak dapat didefinisikan dan dikelompokkan terutama ketika patogenesis tidak diketahui. Maka biasanya diagnosis hanya dikatakan suatu sindrom.

Najab Ud-Din berjasa besar dalam mengembangkan studi ini di dunia Islam. Sejatinya, nosologi mulai mengemuka pada ingkup kajian kedokteran Yunani. Galen dianggap sebagai pembuka jalan dalam pengembangan bidang ini. Ini bermula dari penelitiannya yang menyeluruh terhadap organ tubuh manusia.
Dia menemukan bahwa terdapat empat unsur penting dalam tubuh. Komposisi keempat unsur ini harus seimbang agar menjaga tubuh tetap sehat dan bugar. Ia menyimpulkan, penyakit muncul akibat ketidakseimbangan masing-masing unsur itu. Empat unsur itu adalah empedu hitam, empedu kuning, dahak dan darah.
Nosologi paling awal yang diusung Galen menemukan bahwa secara umum penyakit dapat diklasifikasikan dari penyebab, mekanisme kemunculan penyakit atau dari gejala-gejalanya. Pada abad kesepuluh Masehi, Najab Ud-Din menempuh langkah berbeda. Ia mengenalkan nosologi terutama mengenai gangguan kejiwaan.


   Langkahnya ditopang oleh pengetahuannya di bidang psikologi. Pada saat itu, psikologi menjadi salah satu kajian ilmu yang cukup penting. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya ilmuwan andal yang berkiprah untuk memajukan bidang ini. Sebut saja, Ibnu Sina, Muhammad sadiq, al-Kindi, at-Thabari dan al-Razi.
Najab Ud-Din bisa disejajarkan dengan nama-nama legendaris tersebut. Tak lain karena sumbangan pemikirannya pada ranah nosologi. Teori dan konsep yang diajukan sangat berpengaruh, bukan hanya untuk psikolog, akan tetapi juga bagi para dokter secara keseluruhan.
Dia mengerjakan sejumlah penelitian meliputi aspek psikoterapi serta gangguan fisik dan psikis terhadap beberapa pasien. Hasil eksperimen itu mendasari rumusan nosologi yang dituangkan dalam bukunya. Najab Ud-Din mengemukakan, sembilan kategori penyakit kejiwaan mencakup sebanyak 30 jenis gangguan mental atau psikis, antara lain depresi, penyakit degeneratif, gangguan delusi, obsesif kompulsif, melankolia evolusional dan kesenangan abnormal. Tokoh ini menyatakan, beberapa penyakit sulit untuk terpetakan dan terklasifikasikan, terutama jika penyebab dan mekanisme kemunculannya tidak diketahui.
Dia mengupas mengenai depresi dengan terperinci. Depresi dikatakan sebagai masalah kejiwaan yang sudah menghinggapi umat manusia sejak awal peradaban. Adapun melankolia itu termasuk satu dari tiga gangguan depresi mental yang utama. James Keith Besyner dalam The Comparative Behavioral Treatments memberikan komentarnya.
Menurut Besyner, definisi depresi yang dirumuskan Najab Ud-Din sejalan dengan konsep yang dikemukakan Areteaus Cappodocia, seorang pakar medis Yunani dari abad kedua Masehi. Rumusan tersebut kemudian dikembangkan lebih jauh oleh psikolog asal Inggris, Robert Burton, pada abad ke-17 Masehi.
Selain itu, Najab Ud-Din mengelompokkan aspek psikopatologi ke dalam sembilan kategori. Salah satunya membahas tentang souda e  tabee. Ia memberikan deskripsi mendalam tentang masalah ini. Ia menjelaskan bahwa souda e tabee adalah kondisi seseorang yang mengalami masalah ingatan atau memori yang sulit berinteraksi dan kekanak-kanakan.
Hingga pada akhirnya, ungkap dia, dapat mengarah pada kemarahan yang menjadi-jadi saat kondisi tersebut mencapai tingkat kronis. Ada efek lain yang timbul, yaitu memantik terjadinya gejala insomnia. Pemikiran fundamental yang terkait pemikirannya disampaikan Jeffrey Lieberman dan Scott Stroup.
Melalui American Psychiatric Publishing, mereka menyatakan terdapat salah satu klasifikasi terkait gangguan kognitif yang masuk dalam klasifikasi yang disusun oleh Najab Ud-Din. Menurut Najab Ud-Din, gangguan kognitif ini berupa anggapan dari pasien yang merasa selalu dihantui oleh makhluk halus dan menyebabkan kegilaan.
Gangguan kognitif yang dimaksud ialah delusi (gangguan waham), yakni gagasan atau pendapat bahwa seorang individu meyakini suatu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hampir pasti, jelas tidak mungkin terjadi. Delusi merupakan “keyakinan yang salah” (false believe) dan ini harus dibedakan dengan perilaku self-deception (menipu/membodohi diri sendiri). Delusi merupakan positif simtom dari gangguan skizofrenia atau yang sering disebut oleh awam sebagai gila (insane).

          Manfaat nosologi gangguan jiwa oleh Najab Ud-Din ini sangat besar karena menjadi pedoman awal dalam penanganan gangguan jiwa. Gordon L Snider dalam Nosology of Our Day mengungkapkan kegunaan lain dari nosologi rintisan Najab Ud-Din, yakni memperluas wawasan pengetahuan para ahli kedokteran mengenai beragam jenis penyakit.
          Sehingga, kata Snider, mereka mampu menentukan teknik dan metode pengobatan yang paling efektif. Para pakar kontemporer juga mengakui kehebatan langkah Najab Ud-Din karena membantu penguatan sistem diagnosa psikologi. Dalam History of Depression, Massimo Aliverti menyatakan, warisan pemikiran ilmuwan Muslim ini sangat berharga.
Diagnosa psikologi dengan merujuk kepada sistem klasifikasi gangguan terus berlanjut hingga masa modern seperti sekarang. Amerika memiliki DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang kini sudah sampai versi IV. WHO memiliki ICD yang sudah mencapai edisi 10. Sedangkan di Indonesia yang digunakan ialah PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) yang sudah sampai edisi III. Melalui pedoman pengelompokkan jenis gangguan jiwa tersebut, jelas mempermudah psikolog atau psikiater dalam menetapkan gangguan apa yang diderita oleh klien/pasiennya.
  
Aliverti menjelaskan, Najab Ud-Din berhasil menjelaskan bentuk lanjutan dari depresi yang mengarah pada perilaku kecewa dan sedih. “Pada bagian lain, dia menganjurkan penanganan terpadu berbasis diet, gizi seimbang, dan pola hidup sehat untuk menghindari masalah kejiwaan”, paparnya.

Sumber Catatan Tambahan :
Pengantar Psikologi Abnormal. Prof.Dr.Sutadjo AW

5 comments: