Friday, December 10, 2010

ATH-THABARI : BAPAK PSIKOTERAPI

Tulisan ini seutuhnya diambil dari artikel berjudul “Ali Ibnu Sahl Rabban Al-Thabari : Perintis Psikotarapi” (penulis : Yusuf Assidiq) yang dimuat pada rubrik Khazanah, surat kabar Republika edisi Rabu, 25 Agustus 2010.

Penyakit tak semata bersumber dari hal bersifat fisik. Tak jarang, kondisi jiwa menjadi pemicu. Ali ibnu Sahl Rabban al-Thabari menjadi salah satu cendekiawan yang mendalami keyakinan itu. Ia mengembangkan teorinya sendiri dan berkontribusi penting terhadap perkembangan ilmu tersebut di dunia Islam.
Dedikasi serta pemikiran al-Thabari mengentarkannya pada gelar sebagai pencetus terapi jiwa di dunia Islam. Sejumlah ilmu yang ia kuasai, seperti fisika, astronomi, matematika, filsafat, hingga literatur membantunya menuliskan karya-karya yang sangat komprehensif.


Bukunya yang berjudul Firdaws al-Hikmah menjadi mahakarya al-Thabari. Ia menuliskannya pada 850 masehi. Philip K. Hitti melalui karyanya, History of The Arabs, menyatakan bahwa buku al-Thabari merupakan salah satu tulisan yang lengkap dan tertua berbahasa Arab tentang obat-obatan.
Melalui bukunya itu, al-Thabari menjelaskan bidang terapi jiwa sebagai teknik penyembuhan pasien. Ia melakukannya melalui konseling. Ia berpendapat, pasien gangguan kesehatan fisik dan jiwa sangat membutuhkan pendampingan atau konseling. Hal ini diakui perlu kesabaran dan kadang butuh waktu lama.
Metode semacam itu pada era modern disebut dengan psikoterapi. Pada masanya, al-Thabari menyebutnya dengan istilah konseling bijak atau al ilaj al nafs. Menurut dia, seseorang yang sakit ada kalanya disebabkan imajinasi atau masalah psikis berat. Untuk itu, langkah penyembuhannya hanya bisa dilakukan dengan konseling tadi.
Melalui terapi itu, diharapkan kelak si pasien bersedia mengungkapkan perasaannya, penyebab masalahnya, dan segala isi hatinya. Lalu, dokter dapat memberikan saran atau solusi terbaik yang bisa ditempuh. Hal ini dapat membantu pasien keluar dari masalah jiwa yang membelenggunya. Ia meyakini cara ini efektif menyembuhkan penyakit.
Al-Thabari menyarankan dokter atau tenaga kesehatan agar tak sekedar berkutat pada pemberian obat-obatan, tapi sebaiknya menerapkan teknik psikoterapi pula. Yakni, mengajak pasien berdialog, terutama untuk membangkitkan semangat ataupun kepercayaan diri pasien agar cepat sembuh.
Ia yakin, langkah itu lama-kelamaan memberikan pengaruh dan efek psikis yang luar biasa terhadap si pasien. Singkatnya, hal ini akan banyak membantu keberhasilan sebuah upaya penyembuhan. Maka itu, ia mendorong para dokter untuk menguasai teknik konseling dan terapi dalam menyembuhkan pasiennya.
Lebih lanjut, al-Thabari mengatakan bahwa dokter yang bijak, komunikatif, dan punya selera humor sanggup mempraktikan metode psikoterapi dengan baik. Ia menduga beberapa sifat manusia yang bisa menggiringnya kepada gangguan jiwa, antara lain tamak, dengki, iri, benci, tidak peduli, dan suka berkhayal.
Pengobatan terbaik adalah melalui cara preventif, tentunya dengan menjauhi sifat-sifat tadi, menjalani pola hidup sehat, dan menjalankan ajaran agama. Secara keseluruhan, kitab Firdaws  berisi tujuh bagian, 30 volume, serta 360 bab yang membahas bidang kesehatan.
Bagian pertama dari buku itu berupa penjelasan umum tentang ilmu kesehatan, termasuk pertumbuhan anak, dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Sedangkan, bagian kedua berisi gambaran lengkap sistem tubuh dan organ manusia, upaya menjaga kesehatan tubuh, serta sejumlah teknik penyembuhan.
Ketiga, pemaparan perlunya menerapkan cara hisup sehat dan diet. Bagian keempat memuat daftar penyakit yang dapat menyerang tubuh. Bagian kelima menjelaskan aroma, rasa, dan warna. Keenam menyangkut ramuan obat-obatan. Bagian terakhir atau ketujuh berisi banyak hal mulai dari astronomi hingga lingkungan.
Pemikiran al-Thabari mengenai psikoterapi menjadi sumber rujukan. Pada masa selanjutnya, buku yang ditulis dalam bahasa Arab itu diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya. Risalah hasil pemikirannya kini masih tersimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Inggris.
Buku al-Thabari ini juga diterbitkan di India pada 1928 serta di Institue of Arab and Islamic Science di Universitas Frankfurt tahun 1996. Kaum cendekia dan pakar kesehatan dunia menganggap bahwa buku itu merupakan salah satu ensiklopedia kedokteran muslim paling berpengaruh.
Seorang ilmuwan, MS Khan, dalam Ali Ibnu Rabban al-Thabari: A Ninth Century Arab Physician, on the Ayurveda, mengungkapkan, setidaknya al-Thabari telah menulis sebanyak 13 literatur ilmiah meski hanya tiga yang tersisa. Dua buku al-Thabari didedikasikan untuk Khalifah al-Mutawakkil.
Buku tersebut adalah Firdaws dan Kitab ad Din ad Dawlah (Buku tentang Agama dan Negara). Sedangkan, karya ketiga yang masih ada adalah Kitab Hifz as Shihhah (Buku Pedoman Pencegahan Penyakit). Karya al-Thabari itu dapat ditemukan di Perpustakaan Bedlein, Inggris.
Pada masa berikutnya, jejak intelektualitas tokoh ini pada ranah psikoterapi dan kedokteran diikuti oleh sejumlah ahli kesehatan muslim lainnya. Diantaranya adalah al-Razi, seorang filsuf, teolog, dan juga dokter hebat. Al-Razi terkenal sebagai sosok pertama yang membuka ruang psikiatri di rumah sakit umum di Baghdada yang dipimpinnya.
         Ilmuwan lain dalam bidang terapi kejiwaan adalah Al-Farabi. Dia menuangkan pemikirannya pada risalah yang menyangkut psikologi sosial dan studi kesadaran individu. Di tangan cendekiawan muslim, kajian ini mengalami kemajuan luar biasa seiring perkembangan pesat ilmu kedokteran.

No comments:

Post a Comment