Monday, November 9, 2009

JANGAN LEBAY DONG AH !

Segala hal yang terjadi di Amerika Serikat (AS), hampir semuanya menular pula ke seluruh pelosok bumi, tak ketinggalan Indonesia. Mulai dari persoalan entertainment, perekonomian, life style sampai dunia politik. Kok bisa kayak gini ya ? Ini satu pertanda bahwa Negeri Paman Sam benar-benar telah menjadi super power country. Tidak hanya dalam artian bahwa AS memiliki kedigdayaan dalam bidang perang-perangan. Namun juga berarti bahwa negara-negara lain – baik yang termasuk kategori negara maju, apalagi yang statusnya masih berkembang dan terbelakang – berkiblat ke AS.

Salah satu perkara yang sekarang sedang rame di AS yang kemudian negara lain jadi ikut-ikutan heboh juga ialah terpilihnya Barrack Hussein Obama menjadi presiden, menggantikan George Walker Bush. Dan kehebohan itu terjadi juga di Indonesia, bahkan sejak Obama masih dalam masa kampanye.

Media massa menjadi faktor utama penyebab kehebohan latah ini. Begitu masif-nya media massa memberitakan setiap perkembangan yang terjadi selama pilpres di AS itu. Bahkan sampai debatnya pun disiarkan eksklusif, seolah mengetahui permasalahan mayarakat AS itu menjadi satu hal yang sangat urgent bagi kita. Tak jarang, pemberitaan-pemberitaan itu menggiring opini masyarakat untuk melihat Obama secara (sangat) positif.

Obama disebut-sebut mempunyai kedekatan emosional dengan bangsa Indonesia. Apa pasal ? Karena beliau pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta selama empat tahun (waktu SD) serta memiliki bapak tiri seorang jawa. Kemudian statement ini sering dilanjutkan atau ditambahi dengan pernyataan harapan bahwa karena kedekatannya ini Obama akan membawa hubungan AS-RI ke jalan yang lebih baik.

Apa-apaan ini ? Apanya yang dekat secara emosional ? Statement kedekatan emosional itu, menurut hemat saya sudah terlalu berlebihan. Bila dalam arti; “Obama dekat secara emosional dengan bapak tirinya yang notabene orang Indonesia”, it’s ok lah, ini wajar toh memang sudah seharusnya seperti itu hubungan antara anak-bapak. Tapi jika kemudian si bapak yang Indonesia itu digeneralisasikan pada bangsa Indonesia, eits, di sini kita mesti hati-hati. Pernah tinggal di sini belum tentu dekat secara emosional dengan negara kita tercinta, betul ?

Terkait mudanya usia Obama yang masih sekitar 40 tahunan, isu agar calon presiden kita untuk 2009 nanti harus dari golongan muda (di bawah 50 tahun) juga meningkat. Latah sekali bangsa kita ini bukan ?

Parpol yang mencap diri sebagai partai-nya kalangan muda (apalagi usia partai-nya pun masih muda) tampil menjadi “kompornya”. Sedangkan parpol yang sedari awal sudah punya calon pasti dan sayangnya si calon itu sudah berusia lebih dari 50 tahun, kegerahan dikompori partai yang masih “bau kencur”. Padahal, kalau dipikir-pikir, mau masih berondong atau sudah tuir sekalipun, presiden itu kan yang penting performance-nya. Lagi pula alasan kenapa presiden harus di bawah 50 tahun masih belum jelas, baru sebatas; “bosan dengan muka-muka lama”. Idih, alasannya enggak banget deh !

Di ranah pergerakan aktivis Islam, lagi-lagi statement kedekatan emosional muncul. Kali ini Obama dibilang dekat secara emosional dengan kalangan muslim. Why ? Sebab bapak kandungnya Obama ialah seorang Kenya yang Islam. Sering kali terkait hal ini, keluar pernyataan-pernyataan yang bunyinya berharap kalau Obama akan membawa pencerahan kepada dunia Islam secara global, terutama mengenai nasib umat Islam di Palestina.

Bahwa kebijakan AS terhadap umat muslim sering merugikan dan sinis, tidak dapat dipungkiri. Namun berharap kalau Obama dapat membawa nasib baik bagi masyarakat muslim – apalagi hanya karena bapaknya Islam itu – jelas imposibble. Silakan anda telusuri, justru selama kampanye, Obama selalu menolak undangan dari para tokoh muslim setempat untuk berdialog. Giliran ke kaum Yahudi (yang sering disebut sebagai musuh laten umat Islam), ya ampun, disuruh cium kaki pun tampaknya dia mau. Memang McCain pun sama halnya demikian mengenai kedekatannya dengan kaum Yahudi. Karena keberadaan dan kepentingan kalangan Yahudi di AS, memang sangat berpengaruh. So, soal bagaimana hubungan Amerika-dunia Muslim ke depannya di bawah kepemimpinan Obama, kita tinggal wait and see saja.

Apa artinya semua ini ?

Ikut-ikutan heboh dengan pilpres AS yang mengantar Obama memegang tampuk kekuasaan sih wajar-wajar saja. Amerika gitu loh ! Jangankan soal pilih memilih presiden, di sana booming American Idol, di sini juga bikin Indonesia Idol. Ya, saya juga tahu, bukan hanya kita yang begini. Tapi mari kita kembali ke masalah proporsional. Yang dirasakan mengenai Obama sekarang, menurut saya sudah lewat dari batas proporsional, dalam arti tidak seharusnya berlebihan seperti itu.

Jadi harus bagaimana kita ini ?

Seperti yang anak gaul zaman sekarang sering bilang; “Jangan lebay dong ah !” Atau jangan-jangan lebay (belebihan) itu memang karakter khas bangsa kita ? Ah tak tahulah aku.

No comments:

Post a Comment