Sunday, January 12, 2014

To Mr. & Mrs. Leadership…




Pada suatu waktu, melalui surat elektronik, saya menerima sebuah kiriman surat lamaran. Dikirim oleh seorang sarjana dari perguruan tinggi yang cukup ternama di bilangan Jakarta dan sekitarnya. Surat lamaran tersebut dibuka oleh sebaris kalimat yang sungguh mencengangkan :
To
Mr. & Mrs. Leadership
In Place

Sontak saya tertawa terbahak-bahak. Saya benar-benar tak habis pikir akan pelamar tersebut yang menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris secara harfiah kalimat pembuka surat; “Kepada Bapak dan Ibu Pimpinan di Tempat.” Saya jadi teringat lelucon Inggris-inggrisan ala little-little I can (bisa sih tapi dikit-dikit), shy-shy cat (malu-malu kucing), think cook-cook ! (pikirkan masak-masak !) dan lain-lain.

Mendengar saya tertawa dengan nikmat, rekan-rekan kerja mulai penasaran dan sayapun memperlihatkan kepada mereka surat lamaran tersebut. Maka membahanalah gelak tawa di lantai tempat saya berkantor. Apa yang terjadi kemudian ialah saya tetap melanjutkan memeriksa surat lamaran itu. Namun saya tidak mencari informasi-informasi penting tentang si pelamar sehingga patut dipertimbangkan untuk dipanggil. Yang saya cari justru; Ada kekonyolan apa lagi dalam surat lamaran orang tersebut ?. Setelah kenyang tertawa, lamaranpun saya lempar ke tempat sampah (recycle bin) komputer.

Kejadian di atas terjadi sekitar 2 tahun yang lalu dan saking lucunya, sampai saat inipun masih terngiang-ngiang di benak saya. Sudah tidak terhitung saya menerima surat lamaran yang “aneh-aneh.” Meskipun ada pepatah yang mengatakan; “Jangan menilai seseorang dari kulitnya,” yang dalam hal ini si kulit itu berarti surat lamaran, jujur sedikitpun saya tidak tertarik untuk memanggil pelamar-pelamar dengan surat lamaran yang konyol.  

Praktis sebuah surat lamaran akan menjadi media pertama yang digunakan perusahaan untuk mengenal calon-calon karyawannya. Disadari atau tidak, para pelamar kerap menjadikan surat lamarannya sendiri menjadi bahan tertawaan orang lain (perusahaan yang dituju). Kalau surat lamarannya saja sudah ditertawakan atau dinilai negatif, jangan berharap terlalu jauh untuk dapat kesempatan dipanggil. Berdasarkan pengalaman saya dalam menyeleksi berkas-berkas lamaran, melalui tulisan ini saya mencoba berbagi; hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis surat lamaran.


1. Siapa yang dituju ?

Lazimnya perilaku pelamar yang menggunakan media email ialah mengirim surat lamaran ke banyak perusahaan dalam sekali waktu. Kesalahan yang sering terjadi ialah si pelamar lupa mengganti siapa pihak yang dituju. File diperbanyak begitu saja, dilampirkan pada email, klik send. Ia lupa mengganti pihak perusahaan yang dikirimi. Bukan sekali-dua kali, saya menerima surat lamaran yang “salah alamat.”

Kepada Yth,
Bagian HRD PT. Raja Tambang Borneo
Di
Jakarta

(Salah alamat ! Perusahaan kami; PT. RIUNG MITRA LESTARI. Mungkin hanya kecerobohan biasa. Namanya juga manusia, pasti ada kalanya lupa. Namun maaf, lamaran tetap di-delete. Lebih teliti !)

2.    Kalau tidak bisa Inggris, ya minimal konsultasi laaaah…

Jangan merasa kurang keren jika menulis lamaran dalam Bahasa Indonesia. Jika anda memang belum mampu ber-Bahasa Inggris dengan baik dan benar, maka tulislah lamaran dalam Bahasa Indonesia. Tidak perlu dipaksakan, akhirnya terjadilan kekonyolan sebagaimana yang diceritakan di awal tulisan. “Nasib” anda ada di surat lamaran, oleh karenanya kendatipun tetap ngotot ingin ber-Bahasa Inggris, alangkah lebih baik untuk berkonsultasi dengan orang yang berkompeten. Jangan percayakan “nasib” anda tersebut pada google translate ataupun aplikasi penerjemah lainnya. 

Surat lamaran ber-Bahasa Inggris BUKANLAH surat lamaran Bahasa Indonesia yang dialihbahasakan ! Sekalipun secara sentences/grammar-nya benar. Ada banyak kosa kata Bahasa Indonesia yang tidak lazim dalam kosa kata surat menyurat ala Inggris. Silakan pelajari dan tanya-tanya, bagaimana sih sebenarnya gaya surat lamaran ber-Bahasa Inggris itu ?.        

Warm regards,

Joko Budiman

(Warm regards = Salam hangat ?. Pelajari pilihan kata yang lazim dalam surat menyurat ber-Bahasa Inggris. Jika anda melamar ke perusahaan yang mewajibkan penggunaan Bahasa Inggris, kata-kata seperti warm regards mungkin bisa “menutup rejeki” anda.)

3.    Yang mana yang bisa dihubungi ?

Dalam penjelasan mengenai identitas diri, terutama akses pada diri kita seperti nomor telepon, alamat tinggal, alamat email, pastikan teruraikan secara jelas. Jika antara alamat KTP dengan alamat tinggal yang sekarang berbeda, lebih baik cantumkan keduanya, beri keterangan alamat tinggal dan alamat surat. Demikian juga nomor telepon, jika menggunakan lebih dari satu nomor, maka cantumkan saja semuanya, biasanya nomor HP dan rumah.

Untuk alamat email, apabila alamat email anda masih berbunyi : pemudatampangagahberani@yahoo.com, g4d15oengoe@gmail.com, wawan_anak_teknik@hotmail.com, asev_chenko@rocketmail.com. Ada baiknya untuk segera diganti. Gunakanlah nama akun yang lebih enak dibaca dari pada ditertawakan, yakni dengan cara mencantumkan nama sendiri.

4.    Berapa lama ?

Dalam penulisan pengalaman-pengalaman diri yang berhubungan dengan waktu, seperti riwayat pendidikan, riwayat kerja, riwayat organisasi dan lain-lain. Tuliskanlah keterangan waktunya dengan jelas. Jangan biarkan orang rekrutmen di perusahaan mengambil kesimpulan yang salah.

SMAN 1 Sukaraja                            Angkatan 2004
Universitas Islam Bandung            Angkatan 2009

(Jangan salahkan bagian rekrutmen bila ia menyimpulkan; orang tersebut pasti bermasalah saat SMA, lulusnya saja lama sampai 5 tahun !)

5.    Mana buktinya ?

Lampiran surat keterangan dan/atau sertifikat sebagai bukti atas keikutsertaan dalam sebuah kegiatan, organisasi apalagi pernah bekerja di sebuah perusahaan, sangatlah penting. Memang harus diakui, untuk pengalaman organisasi agak sulit. Dikarenakan, umumnya di dunia akademik kita, institusi-institusi pendidikan belum terbiasa untuk membuatkan surat keterangan dan/atau sertifikat keikutsertaan organisasi. Padahal seharusnya surat-surat keterangan tersebut ada, apalagi jika anda memegang posisi yang cukup penting di organisasi tersebut.

Pengalaman yang saya alami adalah pernah suatu waktu mewawancara 2 orang yang berasal dari universitas, jurusan serta tahun angkatan yang sama. Dalam sesi wawancara tersebut, di masing-masing CV peserta, keduanya mengaku pernah menjadi Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di jurusannya.

Oleh karena itu, saya beri masukan bagi anda, para pembaca yang masih menempuh sekolah/perkuliahan, jika anda aktif di unit-unit organisasi sekolah/kampus, usahakan anda mendapatkan surat keterangan keanggotaan tersebut dari organisasi.

Bagi yang pernah mempunyai pengalaman kerja, pelampiran surat keterangan (biasa disebut Surat Pengalaman Kerja/Paklaring), menjadi satu hal yang sangat wajib. Perusahaan yang akan menerima anda mungkin saja percaya jika anda pernah bekerja di perusahaan tertentu. Akan tetapi bila hal tersebut tidak diiringi bukti kuat berupa paklaring, sah-sah saja bila kemudian perusahaan berpikiran negatif; “Jangan-jangan orang ini kabur dari perusahaan lamanya,” “Jangan-jangan orang ini punya track record buruk di perusahaan sampai mengurus administrasi paklaring saja tidak mau,” “Jangan-jangan orang ini sebetulnya masih terikat kontrak dengan perusahaannya ?” dan lain-lain.

“Di perusahaan saya memang seperti itu Pak, sudah saya tanyakan ke Personalia-nya, katanya tidak ada surat-suratan semacam itu !”

(Jawaban “clichĂ©” dari pelamar yang tidak punya paklaring saat diwawancarai. Sangat klasik ! Lagu lama !. Alhasil = dipertimbangkan untuk tidak lulus)

6.    Kenapa keluar ?

Bagi yang memiliki pengalaman bekerja, mencantumkan alasan anda keluar dari perusahaan-perusahaan lama akan menjadi poin lebih. Akan tetapi bila yang akan anda tuliskan ialah alasan-alasan “klasik” seperti; mencari tantangan baru, ingin membuktikan kualitas diri, mencoba pengalaman baru dan sebagainya. Lebih baik tidak perlu anda tulis alasan anda keluar dari perusahaan yang lama.

PT. Raja Tambang Borneo
01 Februari 2010 – 01 Februari 2013 (3 tahun)
Jabatan : HSE Officer
Alasan keluar : Menginginkan pendapatan yang lebih
Surat Pengalaman Kerja : terlampir

(Salah satu pemicu orang berpindah perusahaan karena mencari pendapatan yang lebih untuk ukuran dirinya. Kalau anda pun memang seperti itu, maka tak perlu merasa malu untuk mencantukan alasan sebenarnya tersebut. Jangan khawatir bila nanti akan dicap oleh perusahaan sebagai makhluk mata duitan. Kejujuran ialah pembuka pintu rejeki)

7.    Ingin gaji berapa ya ?

Informasi mengenai gaji yang diharapkan, terkadang perlu untuk anda cantumkan. Apalagi bila anda ialah tenaga berpengalaman. Yang tidak perlu ialah mencantumkan gaji terakhir yang anda dapat di perusahaan lama. Toh anda bisa saja merekayasa angka tersebut kan ?. Bagaimana kalau melampirkan slip gaji terakhir sebagai bukti ? ah anda juga bisa “main mata” dengan bagian payroll perusahaan anda kan ?.

Bukan berarti tidak penting sama sekali untuk mencantukan pendapatan terakhir atau yang sekarang diterima dari perusahaan. Hanya saja, tingkat kepercayaan perusahaan baru yang anda tuju mungkin akan sangat rendah. Apa bila ingin menuliskan mengenai gaji, mencantumkan gaji yang diharapkan (menurut saya) dua kali lebih penting dari menuliskan gaji terakhir di perusahaan lama.

Bagaimana bagi anda yang belum punya pengalaman kerja ? Apabila informasi mengenai gaji yang diharapkan, merupakan informasi yang tidak diminta oleh perusahaan dalam syarat-syarat lamarannya, maka hal tersebut tidak perlu anda tulis.

8.    Siapa yang percaya ?

Sering juga saya dapati lamaran yang di sana si pelamar menguraikan secara panjang lebar deskripsi tentang dirinya (kepribadian). Bahkan ada pelamar yang sampai melampirkan hasil psikotes yang ia ikuti di Biro Psikologi.
Ketika anda menulis mengenai deskripsi diri anda di lamaran/CV :

Saya adalah pribadi yang bisa bekerja dengan baik secara mandiri ataupun kerja sama berkelompok, bermotivasi tinggi, kreatif, pantang menyerah dan selalu mengupayakan usaha yang terbaik dalam mengerjakan sesuatu.

Atau versi “konyol” :

Saya seorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Selama kuliah, saya sering mengikuti proyek-proyek penelitian. Sering kali hambatan dalam melakukan proyek penelitian itu membuat saya emosional. Namun saya dapat mengontrol emosi tersebut dengan teknik-teknik pernapasan yang saya pelajari di Perguruan Silat Merpati Putih yang saya geluti sejak SMA. Melalui proyek-proyek tersebut saya juga menjadi pribadi yang fleksibel, mudah berkawan. Saya memiliki banyak teman dan menurut teman-teman saya, meski saya ini pemalu tapi saya orang yang menyenangkan.  

Pertanyaannya adalah : Siapa yang percaya kalau anda memang orang seperti itu ?. Bagi saya menuliskan deskripsi diri (kecuali apabila diminta oleh perusahaan dalam syarat-syarat lamarannya) merupakan hal percuma, Cuma buang-buang spasi kertas. Dari pada menggombali diri sendiri dengan menulis panjang-panjang tentang deskripsi diri yang serba positif, lebih baik lengkapi dan detailkan mengenai hal-hal yang lebih mudah dibuktikan, yakni riwayat pengalaman-pengalaman anda (riwayat pendidikan, riwayat organisasi, riwayat penghargaan, riwayat publikasi karya, riwayat kerja dan lain-lain). Ketika mendapatkan lamaran/CV yang ada deskripsi dirinya, sering saya berpikir nakal; “Kalau memang punya kepribadian sehebat ini, kok masih nganggur ?.”

Adapun mengenai lampiran hasil psikotes. Hal tersebut juga percuma. Karena setiap perusahaan pasti memiliki standar yang berbeda-beda, kendatipun (ternyata) antara perusahaan dan biro tempat si pelamar melaksanakan psikotes, menggunakan tools (alat psikotes) yang sama.

9.    Satu file aja deh

Lumrahnya sebuah lamaran mesti akan diikuti oleh lampiran-lampiran, baik ketika lamaran itu dikirim via pos maupun email. Khusus untuk pengiriman lamaran via email, anda harus perhatikan mengenai lampiran-lampiran berkas pendukung ini. Umumnya pelamar akan memecah berkas lamaran ke dalam beberapa file : Surat Lamaran itu sendiri, Daftar Riwayat Hidup dan Lampiran-lampiran (1 file per 1 lampiran). Akhirnya dalam satu email saja terdiri dari banyak attachment. Dari sisi perusahaan sebagai penerima berkas lamaran, ini jelas sangat kurang efektif. Idealnya, semua isi lamaran mulai dari surat, daftar riwayat hidup sampai lampiran-lampiran anda buat dalam satu file saja. Terkecuali bila perusahaan meminta agar antara Surat Lamaran-Daftar Riwayat Hidup dan lampiran-lampiran dibuat secara terpisah.

Setelah anda jadikan ke dalam satu file. Periksa ukuran file anda. Diusahakan agar jangan sampai menyentuh ukuran mega bytes (MB). Beberapa perusahaan menerapkan aturan ukuran maksimal file lamaran (biasanya 200 kb). Ukuran file akan membengkak ketika anda memasukkan gambar ke dalam file (foto diri dan/atau hasil scan surat-surat lampiran). Untuk mengakalinya, sebelum gambar-gambar tersebut anda masukkan, anda atur ulang dulu ukuran file gambar tersebut. Di internet sekarang banyak situs yang dapat kita gunakan untuk resize secara on line.

Demikianlah saudara-saudara sedikit saran dari saya mengenai menulis dan mengirim surat lamaran. Akhir kata, buatlah surat lamaran itu yang sederhana tapi mengena. Terima kasih, semoga bermanfaat dan saya tunggu lamaran-lamaran anda !. (Sekalian promosi boleh dong, hehehe…)

No comments:

Post a Comment