Monday, November 9, 2009

BEDEBAH KAU ISRAEL !

Holocaust

Sampai hari ke-19 (Kamis, 15 Januari), hujan bom fosfor putih dan bom curah, rentetan peluru senapan otomatis dan dentuman meriam tank baja, dari –yang terkutuk– Israel telah mengakibatkan 1.000 warga tak berdosa Palestina kehilangan nyawa. Sedangkan sekitar 4.500 orang lainnya luka-luka berat. Termasuk ke dalam korban tewas serta luka ialah mereka kaum yang lemah; wanita dan anak-anak. Persediaan bahan bakar untuk menyalakan generator rumah sakit yang terus menipis dan habisnya stok obat bius, semakin menambah berat derita warga Palestina di jalur Gaza. Belum lagi pasokan bahan pangan yang tidak terjamin, membuat kesengsaraan penduduk Gaza semakin berlipat-lipat. Inilah Holocaust yang sesungguhnya, rakyat Palestina dicoba untuk dimusnahkan dari muka bumi oleh –yang terlaknat– Yahudi Israel. Dari siang sampai malam, pagi sampai sore, setiap jam, menit dan detik, tak ada waktu luang barang sedikitpun bagi rakyat Gaza untuk sekedar menghirup udara perdamaian.

Dunia Yang Impoten

Sementara itu, reaksi warga dunia baru bisa sebatas mengecam saja. Mesir yang dulu berani menjadi pemimpin Liga Arab dalam Perang Arab-Israel sekitar 30 tahunan yang lalu, kini ciut nyalinya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebuah organisasi tingkat dunia yang sengaja dibentuk untuk menegakkan kedamaian di atas planet bumi ini, cuma bisa menghimbau –si biadab– Israel untuk menghentikan serangan. Himbauan yang percuma, karena sudah pasti –si congkak– Zionis Israel tidak akan mendengarnya. Para presiden dari berbagai negara, semuanya hanya bisa menghujat tindakan –si bajingan– Israel tanpa mau terlibat langsung dalam upaya menghentikan laju – si keparat– Israel, karena takut digonggongi anjing setianya negara Yahudi ini, yang tak lain dan tak bukan ialah Amerika Serikat (AS). Warga dunia mendadak jadi makhluk-makhluk impoten, punya “pistol’ tapi tidak bisa nembak, jangankan memuntahkan peluru, untuk tegak sombong mengusungkan dadapun ia tak berani.

Bebas Lenggang Kangkung

Bahwa serangan –sang pembantai– Israel ialah suatu tindakan kejahatan kemanusiaan dan internasional, ini tak terbantahkan. Namun siapa yang berani menindak hukum para petinggi negara ini ? Mahkamah Kejahatan Internasional (MKI) ? Oh tidak saudaraku. Dengan liciknya –sang penghancur– Israel tidak mengikuti Statua Roma yang mendasari pembentukan MKI. Jadi, Ehud Barak dan kawan-kawan tidak bisa diseret ke pengadilan macam ini. Apakah dengan cara pembentukan pengadilan ad hoc semacam ICTY (International Criminal Tribuner for Yugoslavia) dan ICTR (International Criminal Tribuner for Rwanda) ? Ah tidak juga kawanku. Pengadilan ICT-ICT itu harus didirikan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Jangan lupa di DK PBB ada AS yang (pastinya) siap memveto resolusi sekaligus menyelamatkan –sang agresor– majikannya (baca : Israel) dari lubang jerat hukum ini. Kesimpulannya –sang pembunuh– Israel akan dengan santainya terus melanjutkan serangan sambil lenggang kangkung tak takut dihukum di pengadilan manapun.

Bukan Konflik Agama ?

Ini konflik agama ! Sudah jelas ! Lantas kenapa harus dicoba dinetral-netralkan sehingga terkesan perang Israel VS Palestina tak lebih dari sekedar “rebutan tanah”. Teologi Yahudi menyebutkan bahwa kaum Yahudi ialah the choosen people, orang-orang pilihan Tuhan, yang sudah ditakdirkan untuk menduduki the promised land, tanah yang dijanjikan Tuhan, yakni bumi Palestina. Gerakan Zionisme yang dimotori Theodore Herzl pada tahun 1917, setidaknya bernafaskan pemahaman tersebut bahwa bukit Sion ialah tempat yang Yahweh janjikan untuk kejayaan umat Yahudi. Demikian juga dengan umat Islam, Al-Quran secara vulgar menyebutkan bahwa kaum Yahudi tidak akan henti-hentinya memerangi kaum muslimin. Inilah perang antar agama tersebut ! Perang akan berakhir ketika satu kaum, entah Yahudi atau Islam, mutlak mengalahkan kaum yang lain.

Hamas Ngos-ngosan

Meskipun merupakan bagian dari warga Palestina, Hamas yang notabene penguasa di wilayah Gaza, bagai berjuang sendirian. Partai Fatah sebagai penguasa umum di Palestina dan juga oposisi Partai Hamas, seolah ingin “cuci tangan”, “bermain aman”, bahkan terkesan memanfaatkan momen serangan ini untuk merebut Gaza dari kepenguasaan Hamas. Alih-alih membantu saudara setanah air, sedikit banyak Fatah ikut-ikutan mengutuk Hamas sebagai biang keladi dari pembantaian brutal ini. Namun Hamas belum mau mengangkat bendera putih, bagi mereka inilah saat yang tepat untuk meraih kemenangan gemilang. Nampaknya, Hamas walaupun terkuras sampai ngos-ngosan, akan bertarung terus sampai titik darah penghabisan

Kirim Senjata, Bukan Sukarelawan !

Demo solidaritas menggaung di mana-mana. Di tanah air, beberapa ormas siap mengirimkan sukarelawan perang –yang entah kapan bisa berangkat– untuk membantu perjuangan rakyat Gaza. Pertanyaannya ialah efektifkah cara tersebut ? Bergunakah ilmu silat dan tenaga dalam yang sudah dilatih dengan keras di sini dalam menghalau bom curah-nya Israel ? Di sisi lain aksi penggalangan dana bantuanpun gencar dilaksanakan. Kembali kita bertanya, bermanfaatkah kiriman bantuan sandang, pangan dan obat-obatan tersebut ? Sudah alhamdulillah bantuan itu bisa masuk Gaza, toh sekalinya diterima juga tak lama kemudian bom-bom Israel kembali jatuh dan membunuh para warga. Jadi, bisa dikatakan hanya memperpanjang sedikit lebih lama nyawa mereka. Supaya afdhol untuk mengimbangi kiriman sukarelawan (kalau jadi) dan bantuan sandang-pangan-medis, perlu juga dikirim bantuan persenjataan, agar Hamas bisa membalas serangan Israel secara berimbang (lebih dahsyat malahan). Setuju ?

No comments:

Post a Comment