Friday, February 12, 2010

EMPTY PARK LOT DAY


Perkara lalu lintas jalan raya, setiap kota punya masalah utamanya sendiri-sendiri. Di Jakarta dan Bandung, isu kemacetan menjadi tema utama. Bergeser ke wilayah Jawa Tengah dan Timur, isunya sudah beda lagi yakni mengenai tingkat kecelakaan kendaraan bermotor (terutama sepeda motor). Isu kemacetan yang menempati urutan pertama dalam daftar masalah jalan raya Bandung dan Jakarta, bukan berarti soal kecelakaan dikesampingkan. Oleh karenanya, kedua kota ini meniru kebijakan Kota Yogyakarta agar para pengendara sepeda motor menyalakan lampu mereka di siang hari dan membuatkan jalur khusus sepeda motor. Begitu pula pada kota dengan tema kecelakaan jalan raya menjadi masalah utamanya, tidak berarti mereka santai saja soal kemacetan. Makanya untuk mengantisipasi kemacetan, dengan mengadopsi Busway-nya Jakarta, kini di Yogya hilir mudik bus-bus TransJogja.

Dua masalah yang berbeda namun berpangkal pada satu hal yang sama. Baik kemacetan ataupun kecelakaan berakar dari membludaknya jumlah kendaraan. “Perkembangbiakan” mobil dan motor meningkat pesat tanpa terkendali. Ketika kita menyoroti pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak terbendung ini, ada satu isu lagi yang tak boleh diabaikan, yakni mengenai kerusakan lingkungan.

Dalam rangka mengurangi kadar polusi udara. Beberapa kota sekarang gencar mengadakan kegiatan rutin car free day, sebut saja Jakarta dan Bogor. Meskipun hanya disebutkan car, nyatanya motorpun dilarang beredar pada saat dilaksanakan kegiatan tersebut. Memang tidak satu hari penuh, biasanya hanya berlangsung selama 8 jam. Namun kekosongan kendaraan bermotor selama masa itu ternyata berhasil dalam meningkatkan kualitas udara yang sehat (liputan Seputar Indonesia, 2009). Antusiasme warga untuk menikmati kelengangan jalan raya pun amat tinggi. Ratusan bahkan ribuan warga tumpah ke jalan, mayoritas mereka berolah raga sambil menikmati keramaian pasar dadakan yang digelar.

Pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua. Bukan hanya tugasnya pemerintah daerah. Semua elemen masyarakat idealnya merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan car free day tidak harus selalu digelar dalam skala besar; melibatkan warga satu kota dengan memblokir puluhan kilometer jalan raya. “Hari bebas kendaraan” dapat diselenggarakan dalam skala kecil, yaitu oleh institusi-institusi yang merupakan “pemasok” kendaraan terbesar. Satu di antara institusi itu ialah kampus atau perguruan tinggi, terutama untuk jenis kendaraan sepeda motor.

Sepeda motor kini seakan sudah menjadi kendaraan wajibnya kawula muda. Di lapang-lapang parkir setiap perguruan tinggi, ratusan sepeda motor berjejer. Di Kota besar macam Jakarta, bersama motor, ikut memadati pula mobil-mobil mungil (baca : city car) yang kinclong. Tak jarang, arus masuk-keluar kendaraan dari dan ke perguruan tinggi menimbulkan kemacetan. Ada kesan bahwa sekarang, membawa kendaraan itu sudah menjadi syarat seorang anak bagi ayah-ibunya kalau mereka menginginkan si anak berkuliah. Ya, itulah kenyataannya, tuntutan zaman sudah berbeda, memiliki kendaraan telah menjadi suatu kebutuhan primer. 

Mengadopsi kegiatan car free day, di kampus-kampus bisa digelar program empty park lot day. Pada hari-hari tertentu area parkir kampus mesti kosong, para mahasiswa dilarang keras memarkirkan kendaraannya di situ. Dikhususkan pada mahasiswa karena biasanya para dosen memiliki area parkir tersendiri yang luasnya terbatas. Kalau sudah kosong terus ngapain ? Tentu saja di sini dapat dilangsungkan berbagai kegiatan, pentas seni atau pameran misalnya. Mengingat bahwa sekarang ada tuntutan pada perguruan tinggi untuk mencetak lulusan pencipta lapangan kerja (wirausaha), bukan pencari lowongan kerja. Momen ini dapat digunakan untuk mengasah kemampuan dan keterampilan wirausaha mahasiswa. Misalnya dengan mengadakan bazar yang di sini para mahasiswa memamerkan dan memasarkan prosuk-produk wirausaha mereka, baik itu dalam bentuk benda ataupun jasa.

Skala kecil, ya kecil-kecilan saja namun tentu dampaknya signifikan. Memang terlalu jauh bila mengharapkan bahwa dengan diadakannya empty park lot day, maka tingkat kemacetan di kota akan menurun. Dampaknya signifikan bagi lingkungan, bagi kualitas udara yang tak henti kita hirup selama kita masih bernyawa. Pergelaran empty park lot day akan menunjukkan seberapa besar dan sejauh mana komitmen mahasiswa beserta perguruan tinggi terhadap usaha pelestarian lingkungan. 


Perguruan Tinggi Terbaik ialah bukan hanya perguruan tinggi yang terdepan dalam prestasi akademiknya. Akan tetapi juga dinilai dari segi sebesar apa bakti atau kontribusi positif perguruan tinggi bagi lingkungan dan masyarakat luas. Ada sedikit penekanan pada perguruan tinggi berembel-embel Islam seperti Universitas Islam Indonesia (UII). Ketika perguruan tinggi tersebut mengklaim diri sebagai lembaga pendidikan bernapaskan Islam, maka perguruan tinggi tersebut harus betul-betul konsisten dalam menerapkan ajaran Islam dalam setiap aktifitasnya. Adapun dalam Islam, diajarkan pula soal pelestarian lingkungan. Jadi, perguruan tinggi Islam mesti menunjukkan keislamannya – salah satunya – melalui usaha-usaha pelestarian lingkungan. Semoga saja, langkah berani perguruan tinggi untuk mengadakan empty park lot day dapat menginspirasi pihak-pihak lain untuk melakukan usaha nyata melestarikan lingkungan.

2 comments:

  1. sayang untuk car free day di bandung cuma baru sekali diadakan.
    padahal kalo diadakan setiap 1 bulan seklai tentu luar biasa banget..

    soal empty prking lot day...memang di kampus kita bisa ya? hmm rada sulit nampaknya. dan tetap saja walau di dalem kampus area parkir kosong, di sekitar kampus jadi lebih rame yang parkir..

    semog ake depannya kota dankampus kita bsia lebih care lagi soal isu lingkungan yah kang :)

    ReplyDelete
  2. sebetulnya di bandung bisa2 saja bikin car free day, misalnya 1 minggu sekali dengan memanfaatkan momen pasar dadakan di gasibu, dari pagi sampai siang saja.

    nuhun atas komennya...

    ReplyDelete