Tuesday, March 30, 2010

SELINGKUH MAYA


“Tidur yuk Mas !”, ajak istri dengan lembut. Ia bersender di pinggir lawang pintu. Mengenakan daster sepanjang paha yang berwarna putih mengkilap. Di tangan kanannya, segelas coklat panas mengepulkan asap tipis.
“Urusan belum beres, Adik tidurlah duluan, Mas masih lama”, jawab si suami yang dipanggil Mas. Tak sedikitpun ia melongokkan kepalanya yang terhalangi layar laptop. Cahaya biru dari layar menciptakan suasana remang-remang di kamar kerja. Suami memang senang bekerja gelap-gelapan. 
“Ya sudah…”, istripun berlalu dengan malas.
Sampai di kamar, istri mengambil posisi duduk bersila di atas kasur yang empuk. Di rumah ini setiap anggota keluarga punya laptop pribadi masing-masing. Tidak hanya suami, istri dan satu orang anak perempuan remajapun punya.
Laptop di belah ke atas, cahaya kebiruan menerpa tubuh istri yang licin karena luluran. Sebatang flashdisk modem dicucukkan ke bagian sisi. Siap sudah kini si istri mengarungi dunia maya. Facebook, itulah tujuannya. Di situs jejaring sosial ini, istri banyak menghabiskan waktu. “What’s on your mind ?”, sapa Facebook di lembar utamanya. Tanpa pikir panjang, ia menulis; Gagal “Memancing” Suami…

* * *

            Beruang Putih. Begitu istri menamakan dirinya di Facebook, sesuai dengan foto profil yang ia pasang. Ini akun kedua yang dia buat dan sifatnya khusus. Akun pertama, sama seperti orang kebanyakan, istri mengungkap jati diri yang sebenarnya. Belakangan ini, istri lebih banyak berselancar di Facebook dengan topeng Beruang Putih. Si Beruang ini memilih teman secara acak, pria ataupun wanita. Ia dapat dari friendlist teman-temannya. Asal menurut istri nama seseorang itu menarik dan unik, maka iapun segera add as friend orang tersebut.
            Melalui cara seperti inilah ia terhubung dengan Subakti. Pria empat puluhan yang mengaku sudah berkeluarga. Apakah Subakti itu memang nama aslinya atau bukan, istri tidak tahu dengan pasti. Untuk foto profilnya, Subakti memasang foto dirinya yang sedang memandang hamparan laut biru dengan pose memunggungi kamera. Nampak gagah, dengan kedua tangan yang menyiku dan berakhir di pinggang. Pertama kali melihat foto itu, berdesir pengalaman de ja vu di otak istri, seakan ia pernah kenal dengan lelaki itu. Di mana dan kapan, ia tak tahu pasti. Istri menduga-duga kalau Subakti ialah seseorang dari masa lalunya. Tapi ia ragu; “Apa betul saya pernah punya teman bernama Subakti ?”.
            Dengan Subakti, Beruang Putih banyak bercerita tentang dirinya dan keluarganya. Entahlah, istri hanya merasa kalau dirinya nyambung dengan Subakti. Sebaliknya juga demikian, Subakti sering menceritakan mengenai ia dan keluarganya pada Beruang Putih.
            Pada malam-malam seperti inilah, biasanya Subakti sedang on-line. Keduanya saling bertukar cerita lewat fasilitas chatting yang disediakan Facebook. Ada perasaan aneh tersendiri yang dirasakan istri kalau tahu Subakti juga sedang on-line. Semacam gairah, tapi entahlah apa sebutan yang lebih tepatnya.
            Coba yang dipancing aku, pasti gak akan gagal, he…
            Kata Subakti, mengomentari status Beruang Putih, sekaligus menunjukkan kalau ia juga hadir di Facebook malam itu. Melihat komentar Subakti, istri sumringah tiba-tiba.

* * *

Subakti                      : Nampaknya kita mesti bertemu
Beruang Putih         : Kenapa ?
Subakti                      : Sudah tiga bulan lebih kita berhubungan dan aku merasakan sudah sewajarnya kita bertemu langsung
Beruang Putih         : Kenapa ?
Subakti                      : Entahlah, aku merasa bahwa di antara kita banyak kesamaan. Bisa mati penasaran aku kalau sampai tak bisa melihatmu langsung. Perasaanku sering tak menentu sekarang-sekarang ini. Sejak aku mengenalmu.
Beruang Putih         : Kenapa ?
Subakti                      : Makanya aku ingin kita bertemu, untuk memastikan apa yang aku rasakan selama ini tentangmu, tentang hubungan kita.
  
Beruang Putih off line


* * *

“Papa tahu kan si Irfan temanku di tempat kursus ?”, tanya anak disela-sela menikmati es krim. Yang diajak bicara hanya mengangguk. Seperti biasa, di hari Jumat, seusai jam kantor suami akan menjemput anaknya yang baru pulang kursus Bahasa Inggris.
“Tadi pacarnya datang tiba-tiba, mengacau !”, lanjut si anak. Tanpa bersuara, suami menoleh pada anaknya dan menunjukkan ekspresi bingung.
“Iya… padahal dia bukan murid kursus… dia datang langsung memarah-marahi Irfan…eh akhirnya minta hubungan pacaran mereka putus !”, semangat sekali si anak bercerita. Suami hanya geleng-geleng kepala sambil bergumam; “ck…ck…ck” beberapa kali.
“Padahal Irfan gak salah-salah amat. Pacarnya selingkuh, dia balas selingkuh. Lho kok pacarnya marah seberingas tadi ya ? Aneh…”, ujar anak, suaranya merendah.
Suami jadi terheran-heran. Ia menengok ke si anak yang kini terdiam, mungkin sudah habis bahan bercerita. Benar, suami jadi heran. Apakah yang diceritakan anaknya barusan ialah benar-benar kejadian nyata atau seperti itulah cara halus seorang anak menyindir kelakuan orang tua mereka ? Jika benar yang pertama, maka tak jadi soal. Tapi jika benar yang kedua, timbul pertanyaan baru; dari mana anak mencium ada bau perselingkuhan di dalam keluarganya ? Suami heran, benar-benar menjadi heran. Mobil terus melaju dengan kecepatan rendah.  

* * *

Suasana meja makan begitu hening. Hanya terdengar bunyi dentang sendok-garpu beradu dengan piring. Anak selalu makan lebih cepat. Tanpa basa-basi, anak segera pamit ke kamar begitu porsi makan malamnya sudah habis.
“Jangan lupa gosok gigi sebelum tidur !”, istri mengingatkan. Anak hanya menengok kemudian dengan genit mengerdipkan mata kirinya, seolah mengatakan; “Oke !”.
Makanan istri sudah ludes pula, namun tentu saja ia tetap di meja makan, menemani suami. Mana boleh ia bertingkah macam si anak. Tidak etis itu namanya.
“Pacar Irfan selingkuh, kemudian Irfan sendiri membalasnya dengan selingkuh juga. Akhirnya mereka putus”, ujar suami tiba-tiba. Istri jadi kaget.
“Maksud Mas ?”, tanya istri.
“Anak kita yang cerita, Irfan itu temannya di tempat kursus. Aku hanya menyampaikan ulang cerita itu padamu. Tidak tahulah, aku hanya merasa bahwa kau sebaiknya tahu cerita tersebut”, jawab suami, datar. Memerah wajah istri dibuatnya.
“Seperti inilah suamiku ! Tak banyak berkata-kata, namun lidahnya pandai menyindir laku orang !”, ucap istri dengan sedikit berteriak.
Seketika istri langsung meninggalkan suaminya yang tinggal menyisakan beberapa suap nasi di piring. Di dalam hati, ia berharap-harap kalau Subakti sedang on-line sekarang. Setelah kenal Subakti, di saat kesal begini, istri segera ingin berubah jadi Beruang Putih dan bebas curhat kepada Subakti.
“Jangan sampai aku jadi Irfan. Jangan kau kira lelaki pendiam seperti aku tak handal cari selingkuhan”, ujar suami hampir berbisik, berkata-kata pada dirinya sendiri.
Hilang sudah nafsu suami untuk melanjutkan makan yang tinggal sedikit. Ia beranjak, meninggalkan meja makan begitu saja. Tenang ia berjalan menuju ruang favoritnya. Di kamar kerja yang gelap, suami menyalakan laptop.

* * *

Status Beruang Putih :
                         Apa sih maunya dia ?!

            Komentar Subakti :
                                    Mau dibelai kali… he… Omong-omong, kita lanjut obrolan kemarin yang terputus.

NB : Aku sudah benar-benar ingin ketemu

            Komentar Beruang Putih :
Oke, aku tak bisa lagi mengelak, kali ini memang nampaknya kita mesti bertemu

            Komentar Subakti :
                                    Yes ! Akhirnya ! Nanti aku atur acaranya, cuman… apa suamimu gak kan curiga atau gimanaaaa gitu ?

            Komentar Beruang Putih :
                                    Malah aku berharap dia memergoki kita, biar puas sekalian ho ho ho ho…. (devil mode : on)

* * *

“Kau kenal dia di Facebook ?”, seorang teman bertanya dengan warna yang bercampur-campur; antara tak percaya dengan meremehkan. Suami mengangguk-angguk.
“Alamak, kalau aslinya jelek bagaimana ?”, teman melanjutkan. Suami hanya mengangkat bahu, baginya saat ini yang penting bisa bertemu dulu dengan kekasih on-line tersebut, sesuai janji yang telah disepakati.
“Tidak masalah, toh dia juga belum tahu kan rupa aslimu ?”, teman masih saja penasaran. Suami mengangguk kecil, menandakan adanya rasa cemas. Ia takut si teman wanita tersebut akan kecewa melihat tampang aslinya.
“Boleh juga ya… cari selingkuhan di Facebook… supaya tak ketahuan bini, tinggal bikin account baru dan spesial… Tapi kalau begitu, berarti kau jauh bertingkat-tingkat di bawah istrimu kawan ! Dia dapat selingkuhan dari dunia nyata kan ?”, cecar si teman. Suami tidak menjawab. Ia malah pergi.
“Hei belum kau jawab pertanyaanku !”, protes si teman.
“Aku mau bersiap, kan sudah kubilang, nanti sore aku ada kencan dengannya !”, jawab suami sambil melambaikan tangan.

* * *

            Sunyi. Keduanya hanya saling tatap dengan rasa malu yang amat sangat. Sejenak kemudian keduanya saling palingkan muka. Istri tertunduk, adapun suami melempar pandang entah ke mana.
            “Subakti ?”, suami mengangguk segan.
            “Beruang Putih ?”, istri terdiam namun menandakan iya.
Di benak masing-masing, keduanya berpikiran sama; dunia sudah gila ! Tak tahu harus berbuat apa, akhirnya keduanya duduk di meja yang telah dipesan. Restorannya megah, alunan musiknya elegan, pelayannya ramah, masakannya kelas dunia. Akan tetapi, sepasang suami istri di meja itu malah risih menjurus jijik dengan suasana sekarang ini.

* * *

Pesan Subakti :
            Kita bertemu di Restoran Grand Royale. Kamis sore, pukul 3. Aku memakai kemeja bergaris coklat dengan dasi yang coklat pula (warna kesukaanmu). Sudah kupesan meja dari sekarang. Kau tidak akan sulit mencariku, karena aku menunggumu di pintu restoran. Sampai Nanti Beruang Putih-ku.

            Balasan Beruang Putih :
            Oke. Aku mengenakan gaun merah menyala. Khusus untukmu.

1 comment:

  1. Ide penceritaannya bagus. hehehe,,, selingkuh dengan suami/Istri sendiri. wakaka, gimana rasanya ya.

    ReplyDelete