Saturday, January 30, 2010

DIDENGARKAH ?

"Lebih  baik alih salurkan dari pada menyesal kemudian".

Di pojok Masjid kampus, ia duduk bersila dengan khusyu. Baru saja ia melaksanakan ibadah shalat ashar. Bagi saya pemandangan ini teramat menggelikan. Saya sangat heran; apakah ini pertanda buruk atau baik ? Orang yang sedang duduk merenung dengan khidmat itu tak lain teman saya sendiri. Seorang teman yang saya tahu betul ia tak rajin shalat. Berhasil mengajaknya shalat bersama seperti sekarang ini adalah suatu kesempatan yang langka. Mengajak ? Sebetulnya kata ini kurang tepat. Sesungguhnya dia pergi sendiri, mengikuti saya begitu saja, tanpa diajak terlebih dahulu.

“Pacar gue hamil….”, begitu katanya, singkat.
“Oooooh… “, Saya hanya ber-oooo panjang, tidak tahu harus merespon apa lagi.
“Makanya gue lagi tobat sekarang, kapok gak mau lagi ML dengan bebasnya”, sambung dia.
“Mmmm…”, Lagi-lagi saya hanya bergumam yang tidak jelas.
“Gue berdoa semoga aja cewek gue tuh gak hamil… gue nadzar (janji bersyarat), kalau cewek gue bener gak hamil, gue bakal bener-bener rajin ibadah ke depannya”.
“……..”, aku terdiam.

“Lagu lama”, begitu orang sering mengistilahkan suatu peristiwa yang selalu terjadi berulang-ulang. Sebagian yang lain mungkin mengatakannya sebagai; “Klise”. Sudah umum kita dengar dan simak dengan kepala mata sendiri banyak kasus MBA (married by accident) pada anak muda zaman sekarang. Bagi saya sendiri ini kali kedua melihat seorang teman yang dalam kepanikan mendengar kabar tentang cewek-nya telat datang bulan, berubah menjadi seorang hamba puritan. Turning point yang drastis serta dramatis.

Kebutuhan seks merupakan salah satu sumber energi terbesar dalam diri seorang manusia. Kalau tidak tersalurkan, maka kondisi jiwa seseorang sedang dalam keadaan genting. Sigmund Freud merupakan salah satu tokoh psikologi yang menitikberatkan masalah kepribadian pada soal seks. Freud mengatakan bahwa setiap orang punya libido, yakni insting hidup, bentuk primitif dan kongkritnya ialah mencari kepuasan seksual. Energi psikis yang ditimbulkannya besar, amat signifikan. Orang yang sehat ialah orang yang dapat meregulasi energi dahsyat ini sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pertentangan batin yang kerap kali berujung pada perilaku patologi (sakit).

Energi dapat dikonversi dan insting bersifat derivatif. Ringkasnya, menurut Freud, suatu kebutuhan tidak selalu mesti langsung disalurkan begitu saja sesuai dengan apa yang diinginkan. Energi dan insting dapat didistribusikan kepada hal lain, walaupun hal tersebut sangat berbeda dengan objek aslinya. Karena disalurkan pada hal lain yang jauh berbeda, maka wajar jika tetap seseorang tidak akan pernah mencapai kepuasan yang optimal. Pemuasan yang optimal tetap harus dilaksanakan terarah pada objek aslinya.

Andaikata setiap pemuda-pemudi dengan gairah seksnya yang mendidih itu bisa menyalurkan kekuatan hasratnya pada hal lain. Tentu saja tidak akan pernah ada itu yang namanya MBA dan tobat pragmatis seperti yang teman saya lakukan. Persoalannya tinggal mau apa tidak individu menyalurkannya pada hal lain tersebut. Padahal lingkungan sudah membuka ruang yang amat luas bagi pemuda-pemudi enerjik untuk menyalurkan tenaganya pada sesuatu yang produktif dan positif. Contohnya saja Djarum Black beserta program-program kegiatannya. Ada Black Innovation Award, autoblackthrough, Black Car Community, Black Motor Community dan lain-lainnya, termasuk Black Blog Competition Vol. 2 ini. Kendatipun merasa belum mampu untuk menjadi peserta salah satu kegiatan Djarum Black tersebut, menjadi penikmatnya saja sudah bagus. Siapa tahu ke depannya, pada akhirnya individu terpancing dan tertarik untuk jadi peserta.

Kembali ke cerita tentang tobat dadakannya teman saya. Nurani penasaran; apakah doanya yang meminta agar cewek-nya yang telat haid itu bukan pertanda hamil akan didengar Tuhan ? Saya tak tahu pastinya, tapi hati dan pikiran saya meragukannya. Sebab itu doa negatif; berani berbuat tapi tak mau tanggung jawab, mau enaknya saja. Tapi entahlah, mengabulkan doa itu hak preogratif Tuhan. Pasti ada hikmah di setiap jawaban-Nya, entah itu benar cewek-nya tak hamil atau tidak. Bagaimana dengan nadzar-nya ? Ah, bagi saya itu konyol. Berjanji untuk suatu perbuatan dosa dan syaratnya pun ialah sesuatu yang sebetulnya sudah kewajiban setiap hamba yakni rajin ibadah. Nadzar yang amat enteng. Lagi pula ada yang menjamin ia betul-betul kapok dengan free sex ? Sepanjang pengalaman saya, tidak ada. “Sesuatu yang mendatangkan pleasure akan cenderung dipertahakan individu dan diulanginya lagi”, begitu kata BF. Skinner, tokoh psikologi lainnya.

1 comment: