Thursday, February 25, 2010

PERGURUAN TINGGI TERPEDULI


Terlalu mengedepankan kepentingan diri sendiri atau sebut saja dengan egois ialah musuh terbesar umat manusia. Ini merupakan pesan tersirat yang coba disampaikan oleh film Hollywood terbaru bertajuk The Box yang dibintangi artis cantik Cameron Diaz. Pesan tersebut benar sepenuhnya. Akibat egois, seseorang bisa lupa akan tugasnya, lalai akan amanat yang diembannya, mengabaikan dampak buruk jangka panjangnya bagi orang lain dan ingkar atas sumpah janji yang telah diucapkannya. Sebagai buktinya, mari kita lihat saja proses pengusutan kasus dana bailout Bank Century. Intrik-intrik yang terjadi di dalamnya, secara gamblang menunjukkan bahwa pihak penguasa hanya memikirkan dirinya sendiri, dalam artian mengamankan kesejahteraan pribadi dan kelompoknya. Prioritas permasalahan bangsa yang di dalamnya ada tentang diri kita, 200-an juta rakyat Indonesia, entah mereka simpan di urutan ke berapa.

Sebagai bagian dari sebuah masyarakat, memikirkan tentang nasib orang lain ialah menjadi suatu hal yang niscaya. Sedari dini kita sudah terbiasa untuk memikirkan tentang kehidupan orang lain, dimulai dari orang-orang di luar diri kita yang terdekat yakni keluarga. Apa yang membuat umat manusia unik ialah bahwa ternyata berbuat sesuatu demi kepentingan orang lain itu merupakan sesuatu yang membahagiakan jiwa manusia. Sebaliknya, membiarkan orang lain kesulitan dengan masalahnya sering kali justru bisa membuat seseorang stres atau seringan-ringannya merasa “tidak enak hati”. Kesimpulan inilah yang terlihat dari Batson dan kolega-koleganya (1981) mengenai empathy-altruism hypothesis dan dari Cialdini, Bauman serta Kenrick (1981) melalui negative-state relief model-nya.

Normalnya manusia ya seperti yang tertulis di paragraf sebelumnya. Pada “orang-orang abnormal” seperti segelintir pihak yang terlibat kasus Bank Century, kondisi tersebut tidak terjadi. Kebalikannya, mereka justru tidak mau sama sekali memikirkan nasib orang lain (baca : bangsa Indonesia). Celakanya, di akhir masa kerja Pansus mereka gencar melancarkan lobi-lobi agar pihak-pihak yang masih waras ikut-ikutan gendeng seperti mereka.

Peduli terhadap kepentingan orang lain ialah sesuatu yang dapat dilatih. Tentu saja tujuannya agar seseorang tidak menjadi seorang berkepribadian selfish. Agama misalnya, mendidik  kepedulian para penganutnya melalui ajaran-ajaran Zakat, Infaq, Adab Bersossial bahkan sampai Shaum.

Kepedulian mesti dipupuk terus. Ini artinya, pendidikan kepedulian harus dilaksanakan secara continue, di manapun dan kapanpun. Dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan formal, berarti pendidikan kepedulian harus terus bergulir dari TK, SD, SMP, SMA sampai tingkat Perguruan Tinggi. Tentu saja akan menjadi sesuatu yang menggelikan jika pelaksanaan pendidikan ini dilakukan secara pengajaran materi (teoritik). Kepedulian butuh dipraktekkan bukan sebatas aktifitas oral semata. Apalagi di tingkat Perguruan Tinggi yang masyarakat bahkan sudah menuntut agar mahasiswa sudah bisa berbuat walaupun mereka masih dalam proses meraih strata sarjana.

Untuk sampai mencanangkan pelajaran kepedulian sebagai salah satu mata kuliah seperti pelajaran kewirausahaan belakangan ini, mungkin terlalu jauh. Antara pihak perguruan tinggi dengan mahasiswa mesti menjalin sebuah kerja sama yang kreatif dalam membuahkan sebuah produk kepedulian. Pihak perguruan tinggi bisa menekan kepada pihak fakultas agar menyelenggarakan program-program kepedulian masyarakat. Dari fakultas, tugas ini diemban oleh para mahasiswa. Fakultas bisa menggariskan bahwa setiap angkatan mahasiswa mesti memiliki minimal satu buah proyek kepedulian yang mereka kelola secara bersama-sama sampai mereka lulus. Dalam prakteknya tentu program ini mesti mendapat dukungan penuh dari perguruan tinggi.


Jika perguruan tinggi sudah bisa menunjukkan kepeduliannya, baru ia bisa dijuluki sebagai Perguruan Tinggi Terbaik. Seperti yang telah saya tulis pada artikel sebelumnya, penilaian terbaik tidak cukup ditunjukkan melalui fasilitas kuliah yang mahal dan canggih, gedung kampus yang mewah, prestasi akademik yang tinggi atau jumlah mahasiswanya yang membludak. Perguruan Tinggi Terbaik ialah perguruan tinggi yang terbaik pula dalam hal bakti kemasyarakatan. Dan ini pula yang kiranya diidam-idamkan oleh masyarakat luas. Kita sudah jenuh dengan teori omong belaka, kini kita mencari bukti.

No comments:

Post a Comment