Judul : Prajurit Schweik (The Good Soldier Svejk)
Penulis : Jaroslav Hasek
Penerjemah : Djokolelono
Penerbit : Pustaka Jaya (cetakan ketiga, 2008)
Jumlah halaman : 279
Begitu
selesai membaca buku ini dan saya (resensator) berniat untuk membuat ulasan
tentangnya, segera saya menjadi bingung; “Mau mulai dari mana ?.” Dari gaya
satire-nya ?. Ah, saya tak pandai dalam menelisik apa lagi menilai gaya
bersastra. Dari muatan sejarahnya ?. Ah, saya tak punya sedikitpun petunjuk
mengenai sejarah Eropa. Dari sudut pandang sosial-politiknya ?. Beuh, menyebut
kata ‘sosial-politiknya’ saja sudah cukup membuat kepala saya pusing. Saya
tahunya cuma baca saja, membuka halaman demi halaman buku ini sampai tamat
sembari mencoba menikmatinya betul-betul.
Ada
berapa banyak tokoh dalam Prajurit Schweik ?.
Banyak.
Mungkin,
kalau dihitung dengan teliti, ada lebih dari 30 tokoh yang berseliweran di
halaman-halaman buku. Mulai dari yang jelas-jelas disebut namanya sampai yang tidak,
mulai dari yang sekedar numpang lewat
sampai nama-nama yang menjadi tokoh utama dalam cerita. Mengenai tokoh utama
ini pun sering berganti-ganti di sepanjang 22 sub-bab cerita, sehingga pada
akhirnya benar-benar hanya nama Schweik yang berhasil melekat. Betapapun tokoh-tokoh
datang silh berganti, Hasek selalu menggunakan karakter yang sama dan
konsisten. Siapapun namanya, entah Pendeta Otto Katz atau satu pendeta lagi
yang saya lupa namanya dan satu pendeta lainnya yang memang tidak disebut siapa
ia punya nama, watak mereka selalu sama; sebetulnya pendeta juga orang-orang
brengsek sama seperti jemaat kebanyakan. Pendeta juga doyan mabuk-mabukan, judi
bahkan main wanita, begitulah Hasek menggambarkan. Di halaman berapapun muncul
tokoh ber-ras Yahudi, sifatnya selalu sama; hitung-hitungan dan pelit !. Siapapun
nama dan pangkatnya, yang namanya perwira militer tulen perilakunya sama saja; feodal,
sok ningrat, suka mem-budak-kan bawahan. Di lain pihak, para tentara cadangan,
perwira sukarelawan ialah warga-warga yang selalu mementingkan kebutuhan
pribadi, jangankan memikirkan kepentingan negara, berbuat sebaik mungkin untuk
resimen, kompi, batalyon atau apapun itu kelompok militer tempat mereka berada,
tidak becus. Adapun polisi selalu ditonjolkan sebagai sekumpulan orang-orang
sok pintar dan sukanya cari muka.
Dalam hal
penokohan ini, Hasek benar-benar menjadikan stereotype
dari kelompok orang tertentu sebagai watak utama tokoh-tokohnya. Misal seperti
tadi, karena orang Yahudi itu terkenalnya dengan sifat pelit, maka setiap muncul
tokoh berlatar belakang Yahudi, pasti punya karakter pelit. Stereotype
itu jarang yang menonjolkan sifat positif, jadi tak perlu heran bila sepanjang
membaca buku ini, hampir semua tokoh tidak ada yang beres pencitraannya.
Kemudian
dari sisi alur penceritaan. Jika hal tersebut dikaitkan dengan unsur humor yang
ada, saya secara pribadi merasa bahwa tensi humor mulai meningkat pada sub-bab “Schweik
di Tangsi Tahanan.” Ini lah awal mula Schweik bertemu dengan Pendeta Katolik
berdarah Yahudi bernama Otto Katz. Sebuah pertemuan yang mengantarkan Schweik
bertemu dengan pejabat-pejabat militer lain seperti Letnan Lukash, Kolonel
Schroder, Letnan Dub dan banyak lagi, lantas mendampingi mereka sampai front
peperangan. Dari sini gelombang humor seolah mengalir tak ada habisnya, paragraf
demi paragraf terjalin menciptakan ketololan demi ketololan. Ada yang harus
dibaca pelan-pelan baru kita bisa tertawa dan ada pula yang begitu mudah
dicerna serta langsung menyentuh saraf tawa. Agaknya terlalu berlebihan jika
saya menjamin anda akan tertawa terpingkal-pingkal apa lagi sampai
terguling-guling demi mendapati kedunguan-kedunguan di Prajurit Schweik. Kalau sampai
tersenyum lebar-lebar saja, berani saya jaminkan, sebab humor-humor Prajurit
Schweik, kendatipun disampaikan dalam cara yang memaki-maki, menghina, kasar,
tetap mengandung makna-makna yang mendalam.
Apa
saja makna-makna yang mendalam tersebut ?
Banyak.
Lebih banyak
dari yang berhasil saya pahami, ingat dan sebutkan berikut ini : tentang
bagaimana sengsaranya hidup dalam kebebasan beropini yang dikekang, tentang
perilaku pejabat-pejabat publik (diwakili oleh militer dan polisi di buku ini)
yang lebih menonjolkan eksklusiftas strata pangkat dibanding menjadi tauladan
masyarakat sehingga menjadi berbanding terbalik antara kelakuan dengan status
jabatan, tentang kegagalan membangkitkan rasa nasionalisme di hati rakyat,
tentang peran agama dalam melegalkan bahkan mendorong peperangan, tentang
mudahnya orang-orang bertikai atas isu yang berbau sukuisme, tentang arti
keadilan di mata hukum sampai mengenai kebijakan dan strategi sebuah
pemerintahan dalam menyiapkan seluruh warganya jika suatu saat harus menghadapi
situasi perang. Saya yakin karya ini masih menyimpan banyak makna lagi dan hal tersebut
bukan karena Prajurit Schweik ialah karya yang multitafsir, akan tetapi memang
buku ini menyajikan pesan yang kaya. Sekaya dan sekompleks situasi yang muncul
akibat peperangan.
Bagaimana
dengan Schweik itu sendiri, subjek dan objek utama dalam buku ini ?. Ah, Schweik
sendiri tidak lebih dari seorang jelata yang bodoh dan konyol. Tidak menarik
untuk membahas Josef Schweik, sebab dengan deskripsi singkat seperti yang saya
tulispun; ‘bodoh dan konyol’, kiranya sudah cukup tergambar. Untuk apa
panjang-panjang membahas Schweik yang lantaran kedunguannya sendiri akhirnya
ditangkap oleh sesama pejuang Austria karena disangka tentara lawan ?. Yang
menarik adalah peristiwa-peristiwa berikut orang-orang di dalamnya yang Schweik
jumpai. Peristiwa dan orang yang dapat merangsang kita untuk berpikir lebih jauh
di balik senyum-senyum lebar. Sebab itulah mungkin, karya Hasek ini, berdasar
beberapa sumber yang saya telusuri, sangat dipuja-puja sebagai salah satu karya
sastra satire fenomenal di dunia ini.
Apa
lagi ?
Sungguh
di pikiran ini masih ingin menyampaikan banyak hal tentang Schweik. Saking banyaknya
sampai saya bingung sendiri. Dibingungkan oleh seorang tolol semacam Schweik !.
Apa
lagi ?
Itu
saja, dan hanya itu. Kukira cukup sudah. (dikutip dari kalimat terakhir ‘Kata
Pengantar Pengarang,’ halaman 7)
Di mana bisa anda dapatkan buku ini ?
Prajurit
Schweik dapat anda peroleh dengan belanja on
line via situs : www.FOboekoe.blogspot.com. Pemesanannya sangat mudah
dengan pelayanan yang ramah dan terbuka. Kalaupun anda merasa gagal ketawa
dengan humornya Hasek, anda tidak perlu merasa amat menyesal telah membeli buku
Prajurit Schweik. Siapa tahu anda punya umur, rejeki dan kesempatan lebih untuk
berkunjung ke Ceko, khususnya ke Kota Lipnice, tempat monumen Hasek berdiri. Anda
bisa bangga berkata; “Saya sudah baca dan bahkan punya buku dari orang yang dibuatkan
patungnya ini !.”
Pinjem ah..
ReplyDelete